Ngga pernah dewasa, kekanak-kanakan, dikit-dikit ngambek, dan ngga pernah bisa buat ngertiin *kamu.
(*kamu disini pasti kalian tau siapa)
Ini kata-kata yang kamu ucapin sama teman kamu, dan teman kita. Teman itu lelaki, dan teman lamamu. Aku tau, karena dia pernah mengucapkan itu ke aku. Sewaktu aku curhat ke dia tentang sikapmu. Dan ucapan itu membuatku sangat JATUH. Jatuh jauh ke dasar jurang yang sangat curam, dan butuh tali yang panjang untuk kembali ke atas.
Don't you know if i really miss you?
I don't know what i have to supposed to do. Hanya bisa menangis, menangis, dan menangis. Kamu pernah berkata, kalo aku ini satu-satunya cewe yang nangisin kamu, dan kamu senang.
Tapi aku nggatau, kenapa dikala aku nangis, kamu ngga pernah ada buat nenangin aku.
Yang ada kamu berkata tentang minusku ke teman kita. Padahal aku pengen kamu tau, I need your love, baby.
Aku ngga butuh hanya lewat lisan kamu. Please show it to me, if you really love me.
Aku bukan pertapa yang bisa tau tentang isi hati kamu ke aku. Karena aku cuma cewe kekanak-kanakan yang kamu bilang.
Ini ada sedikit gambar yang mencurahkan betapa sedihnya aku, ketika kamu mulai hilang. Tetapi kamu ngga sadar-sadar sampai detik ini aku menulis curahan hatiku ini. Dengan air mata seperti biasanya.
*kolom putih : That's me
*kolom biru : Teman curhat

*Baby, that's my old friend. He knows me. If I'm Childish, and I need a lot of support from you.*
Sabar-sabar-dan sabar. Berulang kali, i said that. Aku ngga pernah merasakan kalo kamu usaha buat berubah. Yang ada kamu pasrah dikala aku marah-marah, yang ada kamu diam aja dikala aku menitikkan air mata untukmu, dan yang lebih tepatnya lagi sikapmu menunjukkan kalo kamu ngga pernah peduli tentang apa yang akan terjadi atau sudah terjadi terhadapku.

"Aku terlalu lelah, dan aku terpaksa berkata seperti ini".
Setiap orang yang melihat kita, akan beranggapan bahwa aku terlalu egois untukmu. Dan kamu selalu mengalah demi aku. Tetapi apa kamu dan mereka tau? Aku berulang kali harus mengalah, menangis tanpa sepengetahuanmu, dan mengorbankan perasaanku demi mengerti sikapmu yang seperti ini. Dan aku selalu yakin bahwa saat ini kamu lebih baik dari siapapun yang dulu pernah aku punya.


Aku sangat kekanak-kanakan. Dan kamu sangat dewasa. Mungkin itu kata-kata tepat yang bisa aku utarakan dan aku tuliskan. Aku merasa bukan pacar yang patut dibanggakan orang pada umumnya, karena aku tau aku terlalu buruk untukmu. Dan untuk hubungan kita.


Rasanya aku masih punya nyawa ketika mendengar temanku memberiku semangat. Kenapa pacarku sendiri tidak bisa memberi aku semangat? Padahal aku disini menangis karena dia.


Jawabannya sudah kalian baca diatas : Karena aku tau, lewat lisan aku udah ngga sanggup.
Aku udah berulang mengucapkan hal yang sama. Bisa dibilang kaya kaset rusak. Yang mengulang kata dan hal yang sama. Padahal kamu disana tidak pernah menyadari hal itu, yang notabene sebenarnya itu racun buat kita.
Kamu bosan? Sama, aku terlebih bosan. Sangat bosan. Tetapi aku tidak pernah mengerti, kenapa aku harus merasakan hal yang sama. Hanya itu, dan memang hanya itu. Padahal aku selalu mengingatkanmu, selalu mengingatkanmu. Demi kita.
--- You have to know :
Banyak yang memintaku untuk mengakhiri ini semua. Mengakhiri hubungan kita.
Aku sangat sedih mendengarnya, tetapi aku berusaha meyakinkan mereka bahwa aku bisa menjalani ini semua dengan ikhlas. ---
"Sampe detik ini aku menangis".


Kamu tau? Sejujurnya aku merasa bangga terhadap diriku sendiri.
Setidaknya dengan keadaan seperti ini, aku bisa mempertahankannya. Walupun secara tidak munafik aku pernah melontarkan aku sudah ngga sanggup menjalin hubungan denganmu lagi. Tapi lihat sekarang, kita masih bisa bersama. Walaupun tanpa disadari aku terlalu menyimpan rasa kekecewaanku terhadapmu. Karena aku nggamau memperpanjang masalah, dan aku berharap hubungan kita berjalan secara baik adanya.Rasanya aku masih punya nyawa ketika mendengar temanku memberiku semangat. Kenapa pacarku sendiri tidak bisa memberi aku semangat? Padahal aku disini menangis karena dia.

"Tidak pernah ada dalam hati untuk menjelekkan dirimu.
Maaf, tapi ini satu-satunya caraku untuk mendefinisikan dan mengutarakan perasaanku tentangmu, dan terhadapmu. Hatimu seperti es batu. Aku butuh linggis untuk mencairkannya dalam sekejap, tanpa kamu ketahui bahwa linggis itu seperti menggoreskan luka di hatiku sekarang. Tetapi aku tidak pernah mengerti kenapa es batu itu sangatlah cepat membeku. Terlebih lagi terhadap diriku, pacar yang tidak pernah bisa dibanggakan."
Maaf, tapi ini satu-satunya caraku untuk mendefinisikan dan mengutarakan perasaanku tentangmu, dan terhadapmu. Hatimu seperti es batu. Aku butuh linggis untuk mencairkannya dalam sekejap, tanpa kamu ketahui bahwa linggis itu seperti menggoreskan luka di hatiku sekarang. Tetapi aku tidak pernah mengerti kenapa es batu itu sangatlah cepat membeku. Terlebih lagi terhadap diriku, pacar yang tidak pernah bisa dibanggakan."

Mungkin banyak orang bertanya "kenapa harus ditulis lewat blog? Kenapa ngga dibicarakan secara langsung?".
Jawabannya sudah kalian baca diatas : Karena aku tau, lewat lisan aku udah ngga sanggup.
Aku udah berulang mengucapkan hal yang sama. Bisa dibilang kaya kaset rusak. Yang mengulang kata dan hal yang sama. Padahal kamu disana tidak pernah menyadari hal itu, yang notabene sebenarnya itu racun buat kita.
Kamu bosan? Sama, aku terlebih bosan. Sangat bosan. Tetapi aku tidak pernah mengerti, kenapa aku harus merasakan hal yang sama. Hanya itu, dan memang hanya itu. Padahal aku selalu mengingatkanmu, selalu mengingatkanmu. Demi kita.
--- You have to know :
Banyak yang memintaku untuk mengakhiri ini semua. Mengakhiri hubungan kita.
Aku sangat sedih mendengarnya, tetapi aku berusaha meyakinkan mereka bahwa aku bisa menjalani ini semua dengan ikhlas. ---
"Sampe detik ini aku menangis".
Lagi-lagi kalimat ini yang harus aku tuliskan. Aku merasa sangat BURUK. Dan aku merasa aku jauh dari harapanmu, maafkan aku sebelumnya. Mungkin yang kamu punya dulu lebih baik daripada aku saat ini. Tapi aku pengen kamu tau, bahwa sikap yang aku tunjukkan kurang lebih karena aku mencemaskan hubungan kita.
Yang lebih kamu harus tau... Aku berusaha tersenyum ketika berkomunikasi denganmu.. Tanpa sadar emosiku semua telah terpendam, dan emosi itu telah mati saat ini. Terlebih kamu satu-satunya pacar yang berani aku perkenalkan kepada orangtuaku. Terutama ayahku. Semua aku berani lakukan, dengan satu alasan. Karena aku mempercayaimu untuk memimpin hubungan kita.
"Aku sempat berfikir, sepertinya lebih baik aku mundur dari kehidupanmu. Itu artinya, kita tidak lagi bisa bersama. Karena semakin aku merenung, aku semakin menyadari. bahwa aku berbeda denganmu. Dan tampaknya aku tidak bisa menjadikan diriku seperti yang kamu inginkan."

As the picture as my heart. Terbelah jadi dua, remuk, dan ngga tau harus disambung pake apa.
Hingga detik ini kamu tidak pernah menyadari betapa sakit dan lelahnya hatiku sekarang. Kamu santai disana, menjalani harimu seperti biasanya. Tetapi tidak denganku.
Kamu merasa hubungan kita baik-baik saja. Tetapi aku merasa hubungan kita sudah sangat diambang kehancuran.
Dan lebih parahnya lagi, aku menyadari bahwa aku ini buruk untukmu, sangat buruk. Dan aku hanya beban buatmu. Ditambah orang-orang melihat kita sangat akur, tidak pernah ada masalah dan bisa mengerti satu sama lain. SALAH BESAR, karena sampai saat ini aku memendam rasa tangis yang sangat besar. Dan kamu tidak akan pernah tau sebelumnya. Bahwa aku disini, di tempat aku sekarang berdiri menyimpan berjuta-juta rasa sedih.
Sangat menyedihkan mengetahui kenyataan bahwa aku disini tidak sepadan denganmu disana. Aku harus menyatukan itu, dan itu tugas yang sangat berat buatku. Aku sendiri ngga sanggup untuk menyatukan kita, tanpa bantuanmu.
Tapi aku rasa kamu bisa bernafas lega, karena saat ini selama sekarang 9bulan kita bersama, aku sudah membiasakan diriku denganmu. Menurutku ini kemajuan buatku, karena secara tidak langsung aku bisa menerima kekuranganmu.
Mungkin ucapanku hanya oksigen yang kamu hirup sesaat lalu berubah menjadi karbondioksida yang merupakan sampah dari kehidupanmu. Tanpa kamu ketahui, dadaku sudah sesak dengan tangisanku sendiri karenamu.
Yang lebih kamu harus tau... Aku berusaha tersenyum ketika berkomunikasi denganmu.. Tanpa sadar emosiku semua telah terpendam, dan emosi itu telah mati saat ini. Terlebih kamu satu-satunya pacar yang berani aku perkenalkan kepada orangtuaku. Terutama ayahku. Semua aku berani lakukan, dengan satu alasan. Karena aku mempercayaimu untuk memimpin hubungan kita.
"Aku sempat berfikir, sepertinya lebih baik aku mundur dari kehidupanmu. Itu artinya, kita tidak lagi bisa bersama. Karena semakin aku merenung, aku semakin menyadari. bahwa aku berbeda denganmu. Dan tampaknya aku tidak bisa menjadikan diriku seperti yang kamu inginkan."

As the picture as my heart. Terbelah jadi dua, remuk, dan ngga tau harus disambung pake apa.
Hingga detik ini kamu tidak pernah menyadari betapa sakit dan lelahnya hatiku sekarang. Kamu santai disana, menjalani harimu seperti biasanya. Tetapi tidak denganku.
Kamu merasa hubungan kita baik-baik saja. Tetapi aku merasa hubungan kita sudah sangat diambang kehancuran.
Dan lebih parahnya lagi, aku menyadari bahwa aku ini buruk untukmu, sangat buruk. Dan aku hanya beban buatmu. Ditambah orang-orang melihat kita sangat akur, tidak pernah ada masalah dan bisa mengerti satu sama lain. SALAH BESAR, karena sampai saat ini aku memendam rasa tangis yang sangat besar. Dan kamu tidak akan pernah tau sebelumnya. Bahwa aku disini, di tempat aku sekarang berdiri menyimpan berjuta-juta rasa sedih.
Sangat menyedihkan mengetahui kenyataan bahwa aku disini tidak sepadan denganmu disana. Aku harus menyatukan itu, dan itu tugas yang sangat berat buatku. Aku sendiri ngga sanggup untuk menyatukan kita, tanpa bantuanmu.
Tapi aku rasa kamu bisa bernafas lega, karena saat ini selama sekarang 9bulan kita bersama, aku sudah membiasakan diriku denganmu. Menurutku ini kemajuan buatku, karena secara tidak langsung aku bisa menerima kekuranganmu.
--- "Karena dia yakin, lo merupakan pelabuhan terakhirnya." ---
Aku sedikit tenang dan bisa percaya diri mendengar pernyataan diatas. Pernyataan itu terlontar dari mulut temanmu dan teman kita. Dia berusaha meyakinkanku, bahwa apa yang aku pikirkan selama ini untuk menghilang dari kehidupanmu adalah tindakan yang sangat salah. Dia berusaha menguatkanku, dan mendorongku agar berubah. Agar aku tidak menyerah. Karena semua orang yakin dengan hubungan kita. Tetapi ada satu pertanyaan yang mengacaukanku. Kenapa kau tidak pernah berterus terang terhadapku? Karena begitu mendengarnya dari orang lain, aku merasa kau tidak pernah mempercayaiku untuk berubah.
Mungkin ucapanku hanya oksigen yang kamu hirup sesaat lalu berubah menjadi karbondioksida yang merupakan sampah dari kehidupanmu. Tanpa kamu ketahui, dadaku sudah sesak dengan tangisanku sendiri karenamu.
"Everyone, please help me to make me strong and never cry about him."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar