Welcome back to this site.
Sudah lama ngga menulis, dan rasanya banyak sekali kejadian yang ingin diuraikan seperti biasa..
Well, what's going on everyone?
Still stand up and believe at anyone?
Lagi iseng di kamar asrama temen, jadi galau hahaha..
Whatever that you think, this is my page. Nobody can make me stop or delete of this, I have a voice and I'll grow it.
Sebenarnya sampai sekarang masih kurang paham, apasih penafsiran agama itu?
Kenapa banyak sekali orang yang salah tafsir atas sebuah kepercayaan.
Menganggap agamalah penuntun mereka, tetapi mereka menggunakannya dengan cara yang menjijikkan.
Kerudung tidak menjadi jaminan how beautiful you are. Bahkan bisa menjadi goresan negatif terhadap orang yang melihat atas persepsi mereka.
Karena tidak semua wanita berkerudung itu mulia ternyata, banyak hati mereka yang busuk.
Mengaku mengabdi kepada yang menciptakan, tetapi perlakuan mereka tidak bisa diserap menggunakan akal logika.
Last but no least, I just wanna say if this is my page. My freedom. Whatever that I've shown.
Kekaguman terhadap wanita yang kuat atas agamanya pun sekarang bukan menjadi alasan utama.
Hati mereka teracuni atas persepsi yang salah. Persepsi yang menurut mereka benar dalam agama, tetapi tidak benar dalam realita.
Harus disangkut pautkan seperti apa logika dengan syariat?
Meskipun belum berjilbab dan seutuhnya mengerti atas syariat, setidaknya gue paham atas apa itu agama.
Kata-kata "monggo, inggih" dan segala macamnya yang membuat seseorang teracuni dan terhipnotis? That was stink.
Kesadaran dimata mereka belum tentu kesadaran dimata bersama.
That you know? I trust no one.
The figure who has hero before, changes become disgusting right now.
Wherever my beliefs? Nothing.
Satu-satunya hal yang gue pelajari ialah..
Mengidolakan, mengagungkan sesuatu atau seseorang yang selama ini menjadi the number first for at all in your mind, bisa berubah menjadi boomerang buat dirimu sendiri.
Dan tidak ada satupun yang dapat dipercaya.
So that I call, I trust no one.
Let me up at my feet, and at my mind. I don't need for the hero, atau apapun itu yang justru menjatuhkan dirimu sendiri.
I trust no one.
I trust no one.
I trust no one.
Yang harus gue pikirkan sekarang dan detik ini ialah, I've to be unpredictable person.
Dan gue ngga akan pernah menyalah artikan maksud agama.
Itu sebuah keyakinan diri sendiri, keyakinan yang benar untuk diri sendiri dan untuk bersama.
Syariat? Logika? Sebagai seorang yang sangat intelek harus bisa menyekatnya.
Gue mahasiswa UI, and I'm stronger than you are.
Satu hal yang gue dapet, wanita tidak selamanya berhati mulia.
Sehingga gue harus menjadi salah satu wanita yang sangat mulia, dan tentunya masuk akal.
Perhatian, tulisan ini sangat jauh kaitannya dengan hubungan asmara.
Because I trust no one, I just trust my God and myself.
About Me
Senin, 14 November 2011
Rabu, 22 Juni 2011
Seandainya
Seandainya..
Seandainya dan seandainya..
Seandainya kau mengerti dan memahami perasaanku.
Sulit ku akui.
Sulit sekali bagiku untuk mengerti.
Aku harus menunggu sebuah kepastian.
Dan dengan menunggu itu aku harus mencoba.
Mencoba mengikutimu yang pasrah terhadap waktu.
Kita sama-sama tak tahu kemana arah akan membawa.
Dan dengan tenang kau melewatinya.
Aku tahu ketenanganmu hanya kamuflase belaka.
Terlebih aku, aku hanya berharap diberikan sebuah ketenangan.
Aku belum paham apa keinginanmu.
Terlebih aku harus menahan egoku.
Menahan ego yang sejujurnya aku tak tahu untuk apa.
Semua berdasarkan perasaanku.
Rasa putus asa selalu hadir.
Entah mengapa seperti tak akan ada kesempatan untukku tersenyum dengan bebas.
Senyumku harus selalu tertahan.
Selama keputusan yang sebenarnya belum terjadi.
Sejujurnya rasa amarahku memuncak.
Memuncak sekali!
Jikalau kau mengerti apa yang aku perbuat selama ini demi kau,
Rasanya aku malu apabila aku bertukar posisi denganmu
Sudahlah.
Sudah tak ada yang bisa diperbuat.
Pengandaianku hanya akan tetap menjadi pengandaian.
Dan semua perasaanku harus tetap tertahan.
Apakah aku harus menjadi orang yang pintar bersandiwara?
Atau lebih tepatnya jika aku bisa pulang ke masa lalu.
Aku memilih untuk tidak menjadi salah satu yang paling kau sayangi.
Karena aku tahu, aku membebanimu.
Seandainya dan seandainya..
Seandainya kau mengerti dan memahami perasaanku.
Sulit ku akui.
Sulit sekali bagiku untuk mengerti.
Aku harus menunggu sebuah kepastian.
Dan dengan menunggu itu aku harus mencoba.
Mencoba mengikutimu yang pasrah terhadap waktu.
Kita sama-sama tak tahu kemana arah akan membawa.
Dan dengan tenang kau melewatinya.
Aku tahu ketenanganmu hanya kamuflase belaka.
Terlebih aku, aku hanya berharap diberikan sebuah ketenangan.
Aku belum paham apa keinginanmu.
Terlebih aku harus menahan egoku.
Menahan ego yang sejujurnya aku tak tahu untuk apa.
Semua berdasarkan perasaanku.
Rasa putus asa selalu hadir.
Entah mengapa seperti tak akan ada kesempatan untukku tersenyum dengan bebas.
Senyumku harus selalu tertahan.
Selama keputusan yang sebenarnya belum terjadi.
Sejujurnya rasa amarahku memuncak.
Memuncak sekali!
Jikalau kau mengerti apa yang aku perbuat selama ini demi kau,
Rasanya aku malu apabila aku bertukar posisi denganmu
Sudahlah.
Sudah tak ada yang bisa diperbuat.
Pengandaianku hanya akan tetap menjadi pengandaian.
Dan semua perasaanku harus tetap tertahan.
Apakah aku harus menjadi orang yang pintar bersandiwara?
Atau lebih tepatnya jika aku bisa pulang ke masa lalu.
Aku memilih untuk tidak menjadi salah satu yang paling kau sayangi.
Karena aku tahu, aku membebanimu.
Selasa, 03 Mei 2011
When am I going to be the priority?
I relented for you, you, you, and for the latest I said for you.
I don't know why as long as my course I never be the one.
Occasionally, I'll be the single-heart. No man, no cry.
For you, you, you, and you, you always be the major for my yarn.
God, can you alter the fabrics be the pebbles?
I know You can alter everything, from out of the question to be obvious.
Like for this time, please grant my wish to alter the zero to be hero.
I had been feeling my course never fair.
I always bring into being you, you, you, and you the one.
Jika aku bisa aku ingin menjadikanmu, kamu, kamu, dan kamu pilihan yang seharusnya tidak dipilih.
Jika aku bisa aku ingin mengajakmu, kamu, kamu, dan kamu bertukar posisi.
Jika aku bisa aku ingin membawamu, kamu, kamu, dan kamu ke masa lalu.
Jika aku bisa aku ingin membuatmu, kamu, kamu, dan kamu menghilang dari kehidupanku.
Bisa dibilang aku ini egois, bukan bisa dibilang lagi tapi memang iya.
Tapi aku ngga pernah ngerasain adanya suatu keadilan.
Ingin rasanya aku menjadi pilihan yang memang seharusnya dipilih, bukan menjadi pilihan yang dipilih karena dipaksa. Padahal aku selalu menjadikan kamu, kamu, kamu, dan kamu suatu pilihan yang dipilih karena tidak adanya paksaan.
Semua orang menganggap aku ini aneh, memang.
Karena ngga ada satupun diantara mereka yang mengerti menjadi orang aneh seperti aku.
Semua orang bilang A, cuma aku yang berpendapat B? Ya karena mereka belum pernah merasakan jadi B.
Aku ngga tau harus cerita sama siapa, ngga ada yang bisa mengerti perasaanku. Semua mengangap aku ini aneh.
Semua menganggap aku ini pagar yang membatasi, beton yang menghalangi.
Rasanya aku ingin teriak, ingin teriak sekencang-kencangnya!
Rasanya aku ingin marah, aku ingin pergi jauh ke manapun itu yang penting aku bisa bebas dari pikiran ini.
Terkadang aku berpikir, kenapa setiap kali aku mendapat kesenangan kenapa harus mendapat ujian lagi?
Kenapa?
Setiap kali aku mulai bisa bernapas lega, aku harus merasakan tercekik kembali.
Aku bingung harus cerita sama siapa, harus memeluk siapa, dan siapa yang harus mengusap air mataku.
Aku seperti anak SMP, begitu "kamu" yang terakhir mengkritik tentangku.
Tetapi sama sekali tidak menyenangkan dengan kondisi anak SMP seperti ini.
Kenapa aku tidak pernah dijadikan olehmu, kamu, kamu, dan kamu suatu pilihan yang memang seharusnya dipilih?
Padahal aku telah bercerita dengan "kamu" yang terakhir bagaimana kamu, kamu, kamu, dan kamu ku jadikan suatu prioritas yang tidak ada bandingannya.
Air mataku jatuh lagi, rasanya ingin ku kunci.
Air mataku selalu jatuh, karena aku ngga pernah merasakan suatu pilihan utama.
Kenapa aku harus dijadikan pilihan dengan dipilih karena dipaksa?
Kenapa aku harus dijadikan pilihan dengan dipilih karena dipaksa?
Why do I have to always be an option, not a
choice that should indeed be selected?
suatu pertanyaan yang mungkin tak akan pernah terjawab.
Jumat, 18 Maret 2011
I need someone to hold me on
I need someone to hold me on
When you'll go on
I need someone to hold me on
When you're not beside me
I need someone to make me better
I need someone to be like you
When you say
You'll always loving me
I can't handle my feeling
I can't let you go
Rather to breathe
Rather to sleep
Rather to eat
Rather for everything
Baby I know what you want
That's hard for us
Baby I know that I'm so childish
That's why I love you
I need someone to hold me on
I need you to hold me on
Langganan:
Postingan (Atom)