About Me

Foto saya
Loves Fam, Loves M Harris Syaputra, Loves Friends.

Selasa, 03 Mei 2011

When am I going to be the priority?

I relented for you, you, you, and for the latest I said for you.

I don't know why as long as my course I never be the one.

Occasionally, I'll be the single-heart. No man, no cry.

For you, you, you, and you, you always be the major for my yarn.

God, can you alter the fabrics be the pebbles?

I know You can alter everything, from out of the question to be obvious.

Like for this time, please grant my wish to alter the zero to be hero.

I had been feeling my course never fair.

I always bring into being you, you, you, and you the one.


Jika aku bisa aku ingin menjadikanmu, kamu, kamu, dan kamu pilihan yang seharusnya tidak dipilih.
Jika aku bisa aku ingin mengajakmu, kamu, kamu, dan kamu bertukar posisi.
Jika aku bisa aku ingin membawamu, kamu, kamu, dan kamu ke masa lalu.
Jika aku bisa aku ingin membuatmu, kamu, kamu, dan kamu menghilang dari kehidupanku.


Bisa dibilang aku ini egois, bukan bisa dibilang lagi tapi memang iya.
Tapi aku ngga pernah ngerasain adanya suatu keadilan.
Ingin rasanya aku menjadi pilihan yang memang seharusnya dipilih, bukan menjadi pilihan yang dipilih karena dipaksa. Padahal aku selalu menjadikan kamu, kamu, kamu, dan kamu suatu pilihan yang dipilih karena tidak adanya paksaan.

Semua orang menganggap aku ini aneh, memang.
Karena ngga ada satupun diantara mereka yang mengerti menjadi orang aneh seperti aku.
Semua orang bilang A, cuma aku yang berpendapat B? Ya karena mereka belum pernah merasakan jadi B.
Aku ngga tau harus cerita sama siapa, ngga ada yang bisa mengerti perasaanku. Semua mengangap aku ini aneh.
Semua menganggap aku ini pagar yang membatasi, beton yang menghalangi.

Rasanya aku ingin teriak, ingin teriak sekencang-kencangnya!
Rasanya aku ingin marah, aku ingin pergi jauh ke manapun itu yang penting aku bisa bebas dari pikiran ini.
Terkadang aku berpikir, kenapa setiap kali aku mendapat kesenangan kenapa harus mendapat ujian lagi?
Kenapa?
Setiap kali aku mulai bisa bernapas lega, aku harus merasakan tercekik kembali.

Aku bingung harus cerita sama siapa, harus memeluk siapa, dan siapa yang harus mengusap air mataku.
Aku seperti anak SMP, begitu "kamu" yang terakhir mengkritik tentangku.
Tetapi sama sekali tidak menyenangkan dengan kondisi anak SMP seperti ini.
Kenapa aku tidak pernah dijadikan olehmu, kamu, kamu, dan kamu suatu pilihan yang memang seharusnya dipilih?
Padahal aku telah bercerita dengan "kamu" yang terakhir bagaimana kamu, kamu, kamu, dan kamu ku jadikan suatu prioritas yang tidak ada bandingannya.

Air mataku jatuh lagi, rasanya ingin ku kunci.
Air mataku selalu jatuh, karena aku ngga pernah merasakan suatu pilihan utama.
Kenapa aku harus dijadikan pilihan dengan dipilih karena dipaksa?


Why do I have to always be an option, not a

choice that should indeed be selected?

suatu pertanyaan yang mungkin tak akan pernah terjawab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar